Rabu, 28 Maret 2012

Menjaga Kesehatan Gigi Anak Itu Penting Loch !



Alangkah senangnya para hati orang tua manakala melihat gigi pertama si buah hati tumbuh, begitu lucu dan sangat menggemaskan. Namun tidak hanya sampai disitu saja, justru ini adalah awal bagi Anda para orang tua untuk memperhatikan pertumbuhan gigi anak agar tumbuh sehat.
 
Kesehatan anak sangatlah penting, termasuk kesehatan gigi dan mulut karna hal ini akan berdampak pada proses perkembangan anak di tahapan berikutnya seperti tahapan anak belajar bahasa dan berbicara, tahapan social seperti penampilan, serta fungsi untuk mengunyah dan mencerna makanan. Hal ini akan sangat  mengganggu Anak, oleh karnanya dituntut peran aktif dari orang tua untuk memperhatikan perkembangan kesehatan gigi anak dengan menjaga pertumbuhan gigi susu anak hingga gigi tetap.
 
Permasalahan gigi pada anak seperti gigi keropos, berlubang atau  gusi bengkak mungkin saja terjadi, hal ini menjadi sebuah tugas bagi orang tua. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membantu anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, yakni :

  • Mengatur asupan makanan minuman yang dikonsumsi oleh anak, upayakan untuk menghindari dan membatasi makanan yang manis dan lengket karna mudah tertinggal pada gigi.
  • Rutin melakukan pemeriksaan gigi anak ke dokter gigi anak, sehingga anak merasa nyaman dan  terbiasa untuk menjaga kesehatan giginya dan tidak takut pergi ke dokter gigi.
  • Mengajarkan anak cara membersihkan mulut secara benar (dapat berupa penyikatan gigi, kumur-kumur, dan pembersihan gigi dengan kapas atau kain basah pada balita), lakukan hal ini secara  berulang-ulang sehingga tersimpan dalam memori anak.
  • Biasakan untuk membersihkan mulut setiap habis makan dan menjelang tidur, hal ini penting agar tidak ada makanan yang tersisa di dalam mulut anak.


Anak akan lebih memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan kebersihan mulut apabila lingkungan di sekitarnya melakukan hal yang sama. Untuk itu prilaku orang tua selaku lingkunga terdekat bagi anak, harus mencontohkan kebiasaan yang baik dan benar dalam menjaga kesehatan gigi sehingga anak terbiasa dalam pola hidup sehat hingga tahap perkembangan selanjutnya.

Selasa, 20 Maret 2012

WASPADAI KONSUMSI GULA TAMBAHAN PADA ANAK


Siapa yang tak suka rasa manis ?? hmm hampir setiap anak menyukai rasa ini. Namun apa jadinya apabila rasa manis yang konsumsi oleh anak berasal dari gula tambahan. Waspadai setiap jenis makanan yang diasup oleh anak anda baik itu berupa susu formula, cookies, snack, ice cream dan yang lainnya. Proses pemberian asupan makanan pada anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para orang tua terhadap anak dimasa pertumbuhannya. 
 
Seperti halnya gula murni, gula tambahan pun menyuguhkan rasa manis, namun bedanya pada gula tambahan hampir tidak memiliki kandungan nutrisi yang sebenarnya di perlukan oleh tubuh. Berbagai resiko disinyalir berimplikasi pada gangguan kesehatan seperti kegemukan (obesitas), permasalahan pada gigi, tekanan darah tinggi, stroke serta penyakit jantung.
 
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dicermati dalam pemberian asupan makanan pada anak :
  • Cermati jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, seperti cakes, cookies, permen, jus instan, susu formula dan lain sebagainya.
  • Perhatikan berbagai istilah yang mengindikasikan sumber gula, seperti glukosa, madu, maltose, malt syrup, sucrose, sirup, molasses, sirup jagung, dextrose, fructose, gula jagung serta gula merah.
  • Batasi jumlah asupan gula pada teh, susu, atau masakan yang diberikan pada anak, seperti kecap, salad dressing, saus barberque, yoghurt, cracker, pizza, saus pasta dan yang lainnya yang juga mengandung gula tambahan.

Selain dari beberapa point diatas sering pula kita menemukan istilah sugar free atau no added sugars dalam kemasan produk, berikut ini penjelasannya :
  • Sugar Free, artinya tak ada gula dalam makanan, meskipun kerap diganti pemanis buatan.
  • No Added Sugars, artinya tanpa gula atau gula ditambahkan selama proses pengolahan.

WHO  merekomendasikan agar pemberian asupan gula tambahan tetap dalam batas wajar, yaitu tidak melebihi 10% dari total energi yang dikonsumsi, untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Untuk itu marilah mulai dari sekarang kita memperhatikan dan mewaspadai secara selektif jenis makanan yang dikomsumsi oleh anak-anak kita agar dapat tumbuh sehat.


MENCERMATI KEBIASAAN BAYI


Tingkah laku bayi memang selalu menggemaskan, namun lain hal nya apabila ada prilaku tertentu dari seorang bayi yang dianggap menjadi suatu hal yang aneh yang terbawa hingga masa pertumbuhan akibat adanya pola kebiasaan. Kita mengetahui bersama bahwa sebuah prilaku dapat dipengaruhi oleh nature (bawaan) dan nurture (lingkungan), oleh karnanya hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar bayi tidak membawa prilaku yang buruk atau aneh di dalam proses masa pertumbuhannya kelak.


Sebuah kebiasaan terbentuk biasanya dimulai dari hal yang tidak disadari (unconscious) akan tetapi apabila hal itu terjadi berulang-ulang, maka bukan mustahil hal ini akan dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam kesadarannya (conscious) terlebih adanya penguatan dari lingkungan sekitar.


Seorang bayi yang mengalami sebuah tekanan seperti rasa cemas, cenderung melampiaskan pada sebuah perilaku tertentu dengan menyibukkan diri atau sebaliknya ia melakukannya untuk dapat menenangkan dirinya. Hal ini apabila kita cermati lebih jauh bisa kita liat dari apa yang menyebabkan dia melakukan tindakan tersebut, lalu apa yang dia lakukan ? dan dari mana prilaku tersebut ia tiru ? ingat bahwa seorang anak memiliki kemampuan untuk melakukan imitasi atau modeling dari lingkungan sekitarnya karna proses memory pada bayi pun sudah mulai berfungsi. Jadi Penting bagi para orang tua untuk benar-benar mencontohkan perilaku yang positif sejak dini pada bayi.


Sebagai contoh perilaku kebiasaan anak yang biasa kita temui adalah bayi yang suka menghisap ibu jarinya. Hal ini jika kita telusuri kemungkinan disebabkan oleh rasa cemas pada waktu bayi terhadap rasa laparnya. Perilaku ini dilakukan sebagai coping untuk menahan rasa lapar  yang dirasakan oleh bayi, yang akhirnya terbawa hingga tahapan perkembangan berikutnya hal ini apabila dibiarkan juga akan berpengaruh pada permasalahan dalam pertumbuhan gigi pada bayi.


Contoh lainnya adalah sikap mencari perhatian anak terhadap orang tuanya seperti menangis meraung-raung sambil memukul. Hal ini ditunjukan oleh bayi sebagai luapan emosi atas harapan yang tidak segera dipenuhi seperti saat mengompol bayi merasa tidak nyaman lalu bayi menangis keras namun orang tua tidak memperhatikan. Hal ini apabila terus dibiarkan akan memberikan dampak negative pada perkembangan prilaku anak di masa pertumbuhannya. Untuk itu peran orang tua dan lingkungan untuk selalu memperhatikan si buah hati sangatlah penting untuk membantu anak dalam mengatasi rasa cemas dengan cara yang lebih positif.